Lama
tak berjumpa yah? Saya memang ga terlalu sering posting di blog, maaf yah,
sampai-sampai blog ini terbengkalai sekian lamanya, yah kalo dihitung-hitung
sekitar 3 bulan lebih dan ini pun artikel ke-31 saya, padahal aslinya ke-40
karena ada yang failed to lauch alias gagal meluncur dan ada juga yang error
terpaksa harus “masuk kandang”, hahah. Apa boleh buat, saham pengunjung semakin
turun, alhasil disini semakin sepi #okeyface, (Ane ga tau dari tadi gw bilang
apa? :v)
Nih
gan, ane mau posting tentang pesawat tempur favorit ane dari negeri Perancis
yang terkenal, namanya Dassault Rafale.. (#You don’t say, tadi udah dijelasin diatas, bego’
=.=). Oh iya udah dijelasin yah?
#Herp. Ya udah deh, ga usah
panjang lebar, yang merasa military fanboys, (hahay!) Nih, ane nemu infonya
dari Majalah Angkasa, semoga agan-agan semua dapat menikmati sajian makanan
ini... #plakk sekian... :v
Rafale yang
muncul duluan, operasional lebih awal bahkan meraih cap “combat proven”
daripada rivalnya, Eurofighter Typhoon. Walaupun begitu, nih pesawat belum juga
laku-laku yah?
Pada tipe pesawat yang ada di Rafale
itu ada 3 varian umum, yaitu tipe:
Rafale B (Biplace), varian Rafale kursi ganda.
Rafale C (Chasseur) varian Rafale kursi tunggal
B dan C dioperasikan oleh Armee de l’Air (AU)
Rafale M (Marine) varian Rafale kursi tunggal untuk Marine Nationale (AL). Struktur rangka roda pendarat diperkuat dan ada tambahan arrestor hook atau pengait kabel pendaratan lebih besar serta kaitan untuk ketapel take-off di roda depan.
Varian lainnya (non-komersil) ada:
Rafale A (Prototype), kembangan Rafale pertama kali setelah keluar dari EFA.
Rafale D (Discret) kembangan tahun 1990-an, semi-stealth.
Rafale N (Navy) varian Rafale tandem seater AL. Karena anggaran terbatas, jadinya batal deh.
Rafale R (Reconnaissance) varian pesawat intai tempur.
Semua
pelatihan pilot C dan M menggunakan Rafale B untuk konversi.
Rafale B tandem seater tak Cuma dipakai buat
konversi sama latih tempur aja, saat operasi beresiko tinggi seperti Perang
Teluk 1991 dan Konflik Balkan perlu adanya awak tambahan, makanya Dassault menggadang Rafale B full combat
layaknya Rafale C. Dari
perencanaan yang diketahui, jumlah Rafale B nantinya bisa capai 60%
dari seluruh order Rafale untuk AU Perancis.
Program
fighter Rafale dimulai saat pisah
jalan ama teman-temannya di program European Fighter Aircraft (EFA) yang
akhirnya jadi rival beratnya, Eurofighter Typhoon. Saat itu kelak yang bakal mainin si Rafale
yaitu AU dan AL mewanti-wanti perancang bahwa mereka ingin jet multirole yang gak hanya “lebih canggih”
daripada Mirage 2000, tapi harus
penuhi 4 kriteria syarat:
Commonality Airframe (kesamaan airframe) setinggi/sesama mungkin dengan varian yang akan digunakan AL dan AU, varian single ataupun double/tandem seater.
Multirole Ability yang luas, mulai dari air supperiority, ground attack, intai, hingga serang nuklir.
Upgrade Ability simpel, dengan sesedikit mungkin bahkan tanpa mengubah struktur pesawat.
Kelas 9 Ton, di kisaran 9.000 Kg untuk varian B dan C, sedangkan M (AL) ada penyesuaian perangkat dengan kapal induk, diijinkan melebih limit namun tak sampai 11.000 Kg.
Perkara “Berat badan” inilah yang
membuat Perancis hengkang dari playgroup EFA tahun
1985 yang terdiri dari Perancis, Inggris, Jerman, Spanyol, dan Italia karena
konsepnya saja udah lebih berat hampir 2
ton (hampir sekitar 11.000 Kg) dari spek teknis yang dinginkan Perancis. Lagipula
yang bersikeras cuma Perancis saja yang pengen dapat dioperasikan di kapal
induk, yang lainnya tetep adem-adem aja, tuh :v soalnya pengennya lebih menekankan jangkauan terbang lebih jauh dan
daya muat senjata tinggi, jadinya bentrok dah....
RAFALE SPECIFICATION
Perusahaan utama : Dassault Aviation – Perancis
First flight : 4 Juli 1986 (prototype single seater Techno Dem. Rafale A)
19 Mei 1991 (prototype operasional single seater)
Operasional : Desember 2000 (Rafale M (AL))
Mesin : 2 x Snecma M88-2 afterburning turbofan
Crew : 1 (Rafale B dan C), 2 (Rafale M)
Panjang/Sayap/Tinggi : 15.27 m / 10.80 m / 5.34 m
Empty / Loaded weight : C: 9,500 kg / B: 9,770 kg / M: 10,196 kg – LW: 14,016 kg
Max. takeoff weight : 24,500 kg (C/D), 22,200 kg (M)
Max speed : High/Low altitude: Mach 1.8+ / Mach 1.1+
Range / Combat radius : 3,700+ km / 1,852+ km (dengan 3 drop tank, sepasang rudal SCALP-
EG / 4 bom GBU-12 dan 4 rudal AA )
Ketinggian maks. : 16,800 m
Daya tanjak : 304.8+ m/det
G-Limit : -3,2G - +9G
Persenjataan
Air-to-Air Missile : Magic-2, MICA EM, MICA IR, MBDA Meteor
Air-to-Ground Missile : APACHE, SCALP-EG, AM-39 Exocet, ASMP, ASMP-A, Brimstone
Bomb : SBU 38/54/64 AASM HAMMER, GBU-12 Paveway II / -24 Pave. III
Dassault
membuktikan mampu menjawab 4 challenge
dari AU dan AL Perancis, dimana para
insinyurnya mampu bikin desain pesawat berukuran compact, namun punya performa aerodynamics
tinggi. Konfigurasi posisi sayap “mid-wing”
berbentuk delta besar plus sirip depan alias canard, serta posisi masuk udara ke mesin atau air intake di “pipi bawah” menjadikan Rafale muat berbagai
muatan eksternal (external tank maupun persenjataan).
Soal kelincahan, Rafale
membuat takjub kagum setiap pasang mata yang melihatnya. Di serangkaian air-show atau pertunjukkan
kedirgantaraan, Rafale yang memasang 3 drop
tank, 4 rudal Air-to-Air MICA,
serta 2 rudal jelajah SCALP EG a.k.a Storm
Shadow, itupun dia masih bermanuver lincah.
|
AA - MICA |
|
Cruise missile SCALP EG |
Posisi air intake Rafale yang unik dianggap sukses diintegrasikan dengan aerodynamics perform-nya. Aliran
udara efisien masuk ke mesin meski posisi pesawat pada high-angle-of-attack. Pemasangan canard membuat stall speed
Rafale
tergolong rendah sehingga kecepatan minimum pendaratan (approach speed) diatas kapal induk dapat dijaga pada kisaran
120-130 knot.
Dassault benar-benar memperhitungkan
perkara lini produksinya. Menjelang final phase pengerjaan rangka pesawat, baru ada pembeda spesifik
varian yang bersangkutan. Intinya fase akhir yang menentukan varian mana yang
bakal diproduksi. So, jika misal awalnya
pesan Rafale B tiba-tiba
ganti ke C, bisa diubah kok, perubahannya
dapat diakomodasi dan tak mengganggu jalannya produksi asalkan pemesannya
nggak disaat final alias terlambat
ganti varian. Berarti, kesamaan airframe yang tinggi (klaim lebih dari 85%)
bukan sekedar hoax aja.
|
Si seksi Rafale yang telah menandingi F-16 sebagai "Center-nova" para fotografer dunia. |
Satu
hal yang mungkin jadi tradisi khas Negeri Mode Perancis, alutsistanya tetap memperhatikan estetika keindahan. Dulu
banyak yang mengakui postur tubuh General
Dynamics F-16 itu seksi, itu kan dulu, beda dengan sekarang F-16 udah
lewat, cyiin :v . Hal tersebut dibuktikan oleh para fotografer yang menyatakan kalau
dibenaknya, “Rafale sudah menendang F-16 dari catwalk”, dan dia layak diperhitungkan sebagai hottest and sexiest aircraft untuk
diabadikan kamera, dan kelak mungkin bakal mendapat gelar the most
beautiful-to-photographed fighter jet.
TOPIC CORNER: WHY... ?
Memiliki
kecanggihan, menyaksikan kehebatannya aksinya dalam manuver lincahnya, hampir
semua tanya, kok ga’ laku? Belum satupun order yang masuk ke direksi Dassault
dari luar Perancis, beda sama saudaranya, Typhoon udah laku di Austria dan
Saudi Arabia (diluar Inggris, Jerman, Spanyol, dan Italia sebagai aliansi
produksi). Rafale juga kalah tender dari F-15K Slam Eagle di Korea
Selatan dan juga kalah dari F-15SG
di Singapura.
|
Perbandingan yang setara antara 2 kubu. |
Banyak
analisis menduga, selain faktor politik
yang begitu kental tentang pengadaan alutsista, masalah harga tak terlalu menguntungkan Rafale yang berada
di kisaran USD 80-90 juta, Typhoon USD 90-110 juta (tergantung
kelengkapan dan subvarian) dinilai
terlalu dekat. Selain itu, Rafale “beda kelas”, Rafale sekelas medium aircraft dengan Boeing F/A-18 Hornet, Typhoon
sekelas heavy jet dengan F-15 Eagle. Akhirnya banyak
negara memilih Typhoon karena jangkauan terbang lebih jauh serta daya angkut
senjata lebih berat.
|
Panavia Tornado GR.4 |
Rafale dapat melenggang sendirian
dalam berbagai misi (tanpa kawalan) karena omnirole,
Typhoon
hanya bisa patroli udara, sebagian
besar operasi serang darat dilakukan oleh Panavia Tornado GR.4 yang mungkin
dianggap lebih matang ketimbang Typhoon Inggris yang masih subvarian
Tranche-2,
belum full multirole seperti Tranche-3 kelak.
Akhirnya laku juga.. :v
Potensi
jualnya sekarang ada di antaranya Kanada, Kuwait, Qatar, Brazil, Malaysia dan
India. India melakukan tender 126 jet
pengganti Mikoyan Mig-21 Fishbed
yang mulai usang dalam program MMRCA (Medium Multirole Combat Aircraft),
Rafale bersaing ketat dengan Typhoon
setelah menyingkirkan MiG, Sukhoi,
Boeing, Lockheed Martin yang
akhirnya dimenangkan oleh Rafale pada akhir Januari 2012
dengan kontrak mencapai USD 12 miliar AS (Rp 108,1 triliun). Brazil
kemungkinan juga akan memilih Rafale sekitar 36 unit setelah seorang
pejabat senior Brazil mengatakannya kepada pers pada Februari 2012. Tetangga
jiran kita, Malaysia juga sempat melirik Rafale sebagai pengganti 18 Mikoyan MiG-29 yang mulai uzur di
skuadron RMAF dalam program tender MMRCA, Dassault menawarkannya dengan jaminan Transfer of Technology (ToT) dan dibuat
di lokal.
Advanced Avionics
Berbicara
soal avionik pada tubuh Rafale, khususnya pada kelengkapan
sensor, Rafale dapat dikatakan sebagai pesawat tercanggih diantara
teman-temannya di Eropa seperti Eurofighter Typhoon, Saab JAS-39 Grippen, Boeing F/A-18
E/F Super Hornet dan Mikoyan
MiG-35. Di antara mereka, hanya Rafale yang start duluan menggunakan radar jenis baru PESA (Passive Electronically-Scanned
Array).
|
Avionik Rafale |
|
Radar RBE2 |
Radar
RBE2 (Radar a Balayage Electronique 2)
buatan Talas.. eh Thales ini sering diremehkan para
rivalnya yang menyebutkan bahwa radar konvensional (jenis mechanically-scanned array) aja masih lebih baik ketimbang PESA
(kelihatannya mereka semua pada sirik yah? :v) . Mereka bilang kalo radar AESA (active
electronically-scanned array) lah merupakan radar masa depan, bukannya
PESA. Namun Perancis ‘enjoy-enjoy aja’, ga peduli ama tetangga kiri-kanan, maju
terus dah.. :D karena merasa bisa memanfaatkan PESA sebagai milestone alias batu loncatan sebelum
melansir jenis AESA. Dan kelihatannya, Perancis bakal melenggang duluan
meninggalkan pemainnya menggunakan radar AESA ketimbang lainnya.
|
Radar AESA |
Thales sudah menyelesaikan program uji
lapangan RBE2-AA (active array) yang berjenis AESA dan menerapkannya pada Rafale tahun 2012. Kalau
RBE2 dapat mengendus 40 sasaran berbeda dan me-lock 8 di antaranya, RBE2-AA
jauh lebih baik dengan menawarkan fitur menarik seperti Active electronic scanning, bandwidth lebar, pelacakan sasaran dan
ECCM processing, fully programmable, penghitungan penjejakan, peta beresolusi
tinggi. Namun Perancis mengakui kalah start
daripada AS dengan radar AESA-nya yang sudah dulu beroperasi dan dipasang pada fighter-nya tahun 2010.
|
IRST |
|
OSF (Optronique Secteur Frontal) |
Andalan
si Sexy Girl lainnya ini, ada perangkat avionik canggih seperti OSF
(Optronique Secteur Frontal) atau FSO
(Front Sector Optronic) berupa sensor pasif mirip IRST (Infra-Red Search and Tracking) pada fighter Rusia Sukhoi Su-27/30/35 dan Mikoyan MiG-29/35. Bedanya, pada OSF
selain sensor infra merah pasif terdapat
kamera video resolusi tinggi dan
sangat berguna untuk misi penyergapan (interception)
dadakan di mana Rafale dapat mengunci sasaran tanpa diketahui oleh targetnya.
Jika RBE2-AA yang anti-jamming dan
sulit dideteksi RWR (Radar Warning
Receiver) sudah terpasang pada Rafale, kemampuan sensornya terbilang salah satu yang tercanggih di
antara pesawat tempur lainnya, mungkin kelak bakal dikalahkan oleh Lockheed
Martin F-35 Lightning II. Bahkan dari segi kelengkapan sensor pasif, Lockheed
Martin F-22 Raptor pun saja masih kalah.
Cek bagian-bagian Rafale disini.
|
Sensor bagian belakang Rafale |
|
SPECTRA |
Rafale juga
dilengkapi perangkat perang elektronik (EWS/Electronic Warfare Suite) SPECTRA (Systeme
de Protection et d’Evitement des Conduites de Tir du Rafale) atau Self-Protection Equipment Countering Threats
to Rafale yang kurang lebih
artinya “Perangkat pertahanan diri dari
serangan terhadap Rafale”. SPECTRA bukan hanya memfungsikan Rafale
menjalankan misi SEAD (Suppression of Enemy Air Defenses)
secara khusus. Saat dogfight
sekalipun, SPECTRA mampu memberikan info
pada pilot tentang ancaman terkini dari darat maupun udara.
|
Link-16 Datalynk system. |
Dalam
exercise perang di Uni Emirat Arab
tahun 2011 lalu, kecanggihan ini terbukti saat dalam simulasi lapangan, Rafale berhasil mendeteksi ancaman pertahanan
udara termodern, melokalisasinya, dan mengarahkan guided bomb (bom pandu) ke sasaran tersebut. Pilot tinggal menekan
tombol fire saja. Yang lainnya F-16CJ AU AS baru dapat mendeteksi dan
melokalisasinya kala dilengkapi pod HTS
(HARM (High-speed Anti Radiation Missile) Targetting System).
|
Pod HTS |
Fitur hebatnya Rafale lainnya lagi, semua avionik dan sensor terintegrasi penuh
dan seluruh data dapat disajikan pada head-level
display di kokpit pesawat, dengan rincian saran dan prioritas menghadapinya
(engagement priority). Dan masih
dapat terhubung dengan sesama rekan lain (rekan
Rafale, pesawat radar AWACS, ataupun kapal perang) berkat Link-16
datalink system. Aspek yang
dikenal dengan istilah network-centric and censor fusion inilah
yang merupakan salah satu keunggulan dari F-35
Lightning II dan F-22 Raptor.
|
HOTAS Aircraft Stick |
Perkara
penggunaan oleh pilot pun diperhatikan oleh insinyur perancangnya. Pilot
sangat dimudahkan, yah mungkin dimanjakan bisa jadi yah... dalam memanfaatkan
seluruh kelengkapan perangkat di cockpit.
Man-machine
interface atau “Antarmuka manusia-mesin” ini juga merupakan salah satu
keunggulan Rafale yang tongkat stick
kemudinya menggunakan sistem HOTAS (Hands-on Throttle and Stick) mirip
F-16 tersebut.
Censor
fusion dan Man-machine interface
membuat Dassault berani sesumbar atau membusungkan dada bahwa Rafale
adalah “Omnirole” fighter alias
“Segala peran” (simpelnya: bisa peran apa aja), tak hanya “Multirole” (banyak peran). Ini
karena dalam satu flight, Rafale
dapat mengerjakan beberapa operasi sekaligus. Fighter masa kini memang dirancang untuk bisa multi-peran, namun konfigurasi sensor berikut armament-nya atau persenjataan bawaannya
terbatas serta harus direkonfigurasi dan disesuaikan di darat sebelum melakukan
operasi terkait.
Rafale bisa apa saja, melakukan ground-attack, memantau situasi sekitar,
siaga menghadapi ancaman fighter
lawan, sekaligus memantau ancaman air
defense. Jadinya bukan suatu hoax
alias ocehan belaka bila Rafale dapat melakukan operasi
sekali terbang.
|
Man-machine interface |
|
AASM Missile |
Di Libya disaat Barat bersama AS melakukan operasi Odyssey
Dawn dengan No-Fly Zone Warning
sebagai upaya untuk melengserkan pemimpin Libya saat itu, Muammar Khadafi, kala
serangan awal di Kota Benghazi, Rafale dibekali bom berpenuntun AASM (Armement Air-Sol Modulaire / Air-to-Ground Modular Weapon) (bisa untuk serang darat maupun SEAD), Air-to-air missile MICA dan cruise missile SCALP EG (Système de Croisière Autonome à Longue Portée – Emploi Général /
General Purpose Long Range Standoff Cruise Missile). Serasa belum cukup, Rafale
dapat membopong 3 tangki bahan bakar eksternal, meski dia dapat mengisi
bahan bakar di udara karena sudah dilengkapi fixed refueling probe di depan kanan kokpit.
Kesuksesan dalam operasi di Afghanistan dan Libya, dapat
diintegrasikan dengan rudal produk luar dengan interkoneksinya standar dengan
NATO, upgrade mudah, persenjataan banyak dan ready, omnirole, serta dilengkapi fitur menarik, membuat Dassault
Rafale mulai dilirik dan diperhitungkan sebagai salah satu pesawat kelas
wahid di dunia.
So, guys, akhirnya udah selesai juga nih artikel, semoga Anda puas
dengan topik kali ini, yah... walaupun ini bukan artikel asli saya, namun saya telah
menyuntingnya ga asal jiplak aja. Saya selalu menghargai pemilik asli karena merekalah yang
susah payah buat. Kalau saya meng-copas, saya akan menghadirkan link sumber
datanya. Oke, ane cabut dulu yah... see yah...
;)
Source:
Majalah Angkasa No. 10 Edisi Juli 2011
Tahun XXI
id.wikipedia.org – en.wikipedia.org
www.google.com
semua websites yang mendukung kelengkapan materi blog ini.