adinblog.wordpress.com |
Kawah di puncak Kelimutu telah lama menjadi andalan pariwisata di Nusa Tenggara Timur. Namanya terkenal bahkan hingga ke berbagai belahan dunia, terutama melalui word of mouth para wisatawan asing yang pernah melancong ke sana. Bentuknya mirip danau membuat sisa kawah ini pun disebut Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna. Berada di lahan sekitar 5.000 hektare, sejak 1967 kawasan ini ditetapkan pemerintah sebagai taman nasional.
Tak ada catatan pasti kapan danau tiga warna ini mula-mula ditemukan penduduk setempat. Warna airnya berubah-ubah dari masa ke masa. Namun, kelir air danau paling terkenal adalah merah, putih, dan biru. Inilah warna yang biasa dinyanyikan anak-anak sekolah dasar di berbagai belahan Pulau Flores. Dari masa ke masa, warna ini berubah-ubah sesuai musim, cahaya matahari, serta aneka perubahan kimiawi di dasar kawah.
Indah, tenang, dan mistis, air danau terbentang jauh di dasar kawah dalam warna hijau,biru dan hitam. Di Ende Lio, penduduk menyebut ketiga danau ini sebagai Tiwu Ata Mbupu (danau orang tua), Tiwu Nua Muri Ko’o Fai (danau muda-mudi), dan Tiwu Ata Polo (danau tukang tenung) yang dikenal angker. Tiwu Ata Polo dan Tiwu Nua Muri hanya dipisahkan dinding terjal selebar 15-20 meter.
Sebelum masuk ke salah satu danau, menurut kepercayaan, para arwah terlebih dahulu menghadap Konde Ratu. Dialah penjaga gerbang Perikonde, yang diyakini sebagai pintu masuk arwah menuju Danau Kelimutu. Di sini setiap pengunjung diperkenankan memberikan kepingan uang logam, sirih pinang, atau rokok sebagai persembahan kepada Konde Ratu.
Bagi para wisatawan yang tidak suka pada urusan klenik, ‘keajaiban’ tiga kawah Kelimutu tetap punya daya tarik. Warna air di ketiga kawah itu terus berubah. Kawah Tiwu Ata Mbupu yang pada 1915 berwarna merah darah, kini berwarna hitam kecokelatan. Begitu pula Tiwu Nua Muri. Kawah aktif dengan kedalaman 127 meter ini terus berubah warna dari hijau zamrud menjadi putih, biru, dan akhirnya hijau muda. Sedangkan Tiwu Ata Polo dari putih, hijau, biru, merah, dan kini cokelat kehitaman.
Menurut sejumlah peneliti, perubahan warna di kawah itu bisa jadi akibat pembiasan cahaya matahari dan pantulan warna dinding kawah, biota air, pantulan dasar danau, serta perubahan zat kimia yang terlarut di kawah
Sayang, keindahan itu tak bisa dinikmati lama-lama. Sekitar pukul 09.00 waktu setempat, kabut sudah menyelimuti permukaan kawah. Karena itu, para wisatawan harus berangkat dari Ende ketika hari masih gelap agar setelah dua jam perjalanan mobil, mereka bisa mencapai danau ketika matahari terbit. Pilihan lain adalah menginap semalam di Kampung Moni, 12 kilometer dari Kelimutu. Penginapan yg disediakan oleh pemerintah daerah ini berupa cottage yg cukup representatif digunakan sebagai tempat menginap untuk sementara. Dari penginapan Cika bisa melihat keindahan pesona alam yg masih sangat alami dan dibalut dengan kesejukan hawa pegunungan.
Sumber: Dari berbagai sumber, dan edited by Ecxplorer Atlazcrew.
Bagi para wisatawan yang tidak suka pada urusan klenik, ‘keajaiban’ tiga kawah Kelimutu tetap punya daya tarik. Warna air di ketiga kawah itu terus berubah. Kawah Tiwu Ata Mbupu yang pada 1915 berwarna merah darah, kini berwarna hitam kecokelatan. Begitu pula Tiwu Nua Muri. Kawah aktif dengan kedalaman 127 meter ini terus berubah warna dari hijau zamrud menjadi putih, biru, dan akhirnya hijau muda. Sedangkan Tiwu Ata Polo dari putih, hijau, biru, merah, dan kini cokelat kehitaman.
Menurut sejumlah peneliti, perubahan warna di kawah itu bisa jadi akibat pembiasan cahaya matahari dan pantulan warna dinding kawah, biota air, pantulan dasar danau, serta perubahan zat kimia yang terlarut di kawah
Sayang, keindahan itu tak bisa dinikmati lama-lama. Sekitar pukul 09.00 waktu setempat, kabut sudah menyelimuti permukaan kawah. Karena itu, para wisatawan harus berangkat dari Ende ketika hari masih gelap agar setelah dua jam perjalanan mobil, mereka bisa mencapai danau ketika matahari terbit. Pilihan lain adalah menginap semalam di Kampung Moni, 12 kilometer dari Kelimutu. Penginapan yg disediakan oleh pemerintah daerah ini berupa cottage yg cukup representatif digunakan sebagai tempat menginap untuk sementara. Dari penginapan Cika bisa melihat keindahan pesona alam yg masih sangat alami dan dibalut dengan kesejukan hawa pegunungan.
Gunung Kelimutu | |
---|---|
Ketinggian | 1.639 meter (5.377 kaki) |
Garis Lintang | 8° 77′ LS |
Garis Bujur | 121° 82′ BT |
Lokasi | Pulau Flores, Indonesia |
Provinsi | Nusa Tenggara Timur |
Jenis | Gunung kompleks |
Letusan terakhir | tahun 1886 |
Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.
Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.
Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.
Sejarah
Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh orang lio Van Such Telen, warga negara Bapak Belanda Mama Lio , tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu.
Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
Jenis hutan
- Hutan Dipterokarp Bukit adalah kawasan hutan yang terdapat di ketinggian antara 300 - 750 meter.
- Hutan Dipterokarp Bukit 300 - 750 meter
- Hutan Dipterokarp Atas ketinggian 750 - 1.200 meter
- Hutan Montane 1,200 - 1.500 meter
- Hutan Ericaceous > 1.500 meter
Sumber: Dari berbagai sumber, dan edited by Ecxplorer Atlazcrew.